skip to Main Content
Spirit Of Pesantren

Spirit Of Pesantren

Khalifah BS Sukabumi – Metode pengajaran lebih baik daripada materi pembelajaran, kehadiran guru lebih baik daripada metode pembelajaran dan spirit guru leboh baik daripada segalanya. Taujih itu yang ditelinga saya masih terngiang sampai saat ini karena keluar dari lisan yang mulia kyai ketika saya menimba ilmu dipesantren Darunnajah Jakarta. Ketika pertama kali mendengar taujih ini untuk pertama kalinya, saya masih bingung dan belum fokus, karena dalam diri berpikir ada kepentingan. Berbeda dengan kondisi hari ini yang saya merupakan bagian dari praktisi pendidikan, ternyata sangat penting spirit bagi seorang guru, terlebih saya berada dilembaga pendidikan pesantren.

Sprit untuk bangkit

Dalam diri seorang guru terutama di Pesantren, spirit untuk bangkit adalah sesuatu yang harus dijaga dalam hatinya. Barang kali kita sangat sibuk, pekerjaan menumpuk, tetapi hasil nihil. Ke sana ke mari output tak pasti, minim apresiasi dan sampai akhirnya futur. Futur mengakibatkan amanah tidak fathanah. Maka, perbanyak istighfar, barangkali dosa kecil itu kini menjadi besar karena kita remehkan, kita banggakan, terus menerus tak pernah kembali untuk bertaubat. Bilal bin saad, menasehati : “Janganlah engkau lihat kecilnya maksiat, tapi lihatlah Dzat yang engkau durhakai”.

Spirit untuk orisinalitas

Seorang guru hendaknya berpikir dalam menjalankan tugasnya dalam mengajar. Seorang ulama menyebutkan tujuan pendidikan utamanya adalah membebaskan manusia dari penghambaan manusia atas manusia menuju penghambaaan manusia kepada rabb-Nya manusia.

Guru tugasnya mengislamkan peserta atau mengembalikan nilai keislamaan kepada peserta didik untuk mengamalkan Islam yang sempurna.

Spritit Of Revolusi Diri

Seorang guru ditugaskan mengajar karena ia memiliki kemampuan lebih dibangdingkan peserta didiknya. Walaupun demikian, seorang guru memiliki ilmu bukan hanya sebatas mengoleksi ilmu dalam pikirannya, tapi juga ilmu itu harus menjadi pintu hidayah untuk dirinya dan peserta didik.

Banyak sekali diantara guru, yang tidak memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya akhirnya fenomena negatif muncul didunia pendidikan Indonesia. Menurut hemat penulis, penyebabnya adalah kurangnya pengamalan ilmu dalam diri seorang guru. Guru adalah digugu dan ditiru, sebelum mengajarkan nilai kebiakan kepada peserta didik maka kebaikan itu harus menjadi amalan utama baginya. Maka kalau sudah pengamalan ilmu yang utama, jadiah ilmu seorang guru menjadi pintu hidayah. Akan menjadi sebaliknya, ilmu hanya sebatas mengoleksi tanpa amalan, maka ilmu itu akan menjauhkan diri guru dari Allah dan mendeketkan kedalam api neraka. Dengan istilah lain, guru jangan seperti obor, dia mampu menerangi orang lain dan membakar dirinya.

[1] Disarikan dari buku New Quantum Tarbiyyah oleh Hendar Ali irawan

This Post Has One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
HUBUNGI KAMI VIA WHATSAPP