
Meresensi Karya Guru Khalifah ( Adab Terhadap Guru )
KHALIFAHBS-SUKABUMI
ADAB TERHADAP GURU
Oleh :Syafri Muhammad Noor, Lc.
(TerjemahKitabTadzkirotusSaami’ Walmutakallimfii ‘AlimwalMuta’allim)
Karya : Imam BadruddinIbnuJama’ah Al-KinaniAs’Syafi’i
Oleh : Mariyanto, S.Pd.I
Di zaman modern sepert sekarang ini, banyak sekali kita temui tempat-tempat yang menyelenggarakan kajian ilmu, mulai dari kajian fiqih, kajian Al-Quran dan tafsirnya, kajian hadits, kajian tauhid, kajian tasawwuf dan kajian yang lainnya.
Bahkan yang lebih canggih lagi, sebagian pengurus pengajian atau beberapa jamaahnya mempunyai inisiatif untuk memanfaatkan media sosial yang mereka punya sebagai wadah untuk menyebarkan ilmu yang disampaikan guru tersebut, baik secara langsung maupun tunda.
Namun, yang mungkin perlu disayangkan adalah dengan semakin dimudahkannya dalam menuntut ilmu, yang mana seharusnya potensi untuk memperkaya khazanah ilmu juga semakin mudah, ternyata ada sisi lain yang perlu diperhatikan, yaitu adab.
Tidak sedikit orang yang mempunyai banyak ilmu, namun tidak mempunyai adab sama sekali. Yang lebih banyak lagi, kejadian terhadap mereka yang masih dalam proses menimba ilmu di tahapan dasar, namun sudah sangat kurangajar terhadap gurunya.
Fenomena seperti ini menunjukkan bahwa orang tersebut miskin adab, terlebih adab dari murid kepada gurunya. Padahal para ulama sudah menjelaskan bahwa kedudukan adab itu ada diatasnya ilmu. Hal tersebut bias kita lihat dari nasehat para ulama semisal Imam Malik Rahimahullah, beliau pernah mengatakan:
تعلمالأدبقبلأنتتعلمالعلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Atau misalkan kita renungi pernyataan Ibnul Mubarok rahimahullah yang mengatakan:
تعلمناالأدبثلاثينعاماً،وتعلمناالعلمعشرين
“Kami mempelajari adab itu selama 30 tahun dan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Dalam buku ini setidaknya ada 13 adab murid terhadap guru, yang akan disampaikan satu persatu dalam resensi ini agar memudahkan para pembaca dalam mencerna tulisan dan memahami isi dari buku ini. Berikut adalah Adab yang pertama :
A. ADAB BERTEMU GURU
1. Memilih Guru dan Beristikharah
الأول: أنهينبغيللطالبأنيقدمالنظرويستخيراللهفيمنيأخذالعلمعنه
Pertama, Hendaknya seorang murid menimbang dan melakukan istikharah kepada Allah tentang seorang guru yang mau diambil ilmunya
2. Berakhlak Yang Baik Yang Baik Yang Baik
ويكتسبحسنالأخلاقوالآدابمنه
Mendapatkan kebaikan perilaku (akhlak) serta adab darinya
3. Mencari Guru Yang Mempunyai Kompetensi
وليكنإنأمكنممنكملتأهليتهوتحققتشفقتهوظهرتمروءتهوعرفتعفتهواشتهرتصيانتهوكانأحسنتعليمًاوأجودتفهيمًا
Hendaknya jika memungkinkan, memilih guru yang memiliki kompetensi/kapabilitas secara baik, benar-benar mempunyai rasa belas kasih, Nampak kewibawaannya, diketahui kebaikan/kesederhanaanya, dikenal keterjagaannya, paling baik pengajarannya dan paling bagus dalam memahamkan ilmu.
4. Murid HarusWara’
ولايرغبالطالبفيزيادةالعلممعنقصفيورعأودينأوعدمخلقجميل.
Seorang murid tidak menginginkan penambahan ilmu tatkala kurang teguh dalam bersikap wara’ atau beragama, atau tidak memiliki tingkahlaku yang baik
فعنبعضالسلف: هذاالعلمدينفانظرواعمنتأخذوندينكم.
Sebagian Ulama Salaf mengatakan: Ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.
5. Hindari Menimba Ilmu Karena Popularitas
وليحذرمنالتقييدبالمشهورينوتركالأخذعنالخاملين
Hindari menimba ilmu karena popularitas guru dan meninggalkan orang ahli ilmu yang tidak populer.
فقدعدّالغزاليوغيرهذلكمنالكبرعلىالعلموجعلهعينالحماقة؛لأنالحكمةضالةالمؤمنيلتقطهاحيثوجدهاويغتنمهاحيثظفربها،ويتقلدالمنّةلمنساقهاإليهفإنهيهربمنمخافةالجهلكمايهربمنالأسد،والهاربمنالأسدلايأنفمِنْدلالةمَنْيدلهعلىالخلاصكائنًامنكان.
Imam Ghazali dan yang lainnya menilai bahwa tindakan tersebut termasuk dari kesombongan terhadap ilmu, dan menjadikannya sebagai tindakan dungu, karena Hikmah itu adalah sebuah barang yang hilang milik orang beriman, dia memungutnya dimanapun ia menemukannya, memanfaatkannya dimanapun dia meraihnya, dan dia menyandarkan karunia kepada siapa yang membawanya kepadanya, karena penimba ilmu berlari dari jeratan kebodohan sebagaimana dia berlari dari terkaman singa, dan orang yang berlari dari terkaman singa tidak menolak arahan siapapun yang mengarahkannya agar bias selamat.
6. Keberkahan Guru Yang Tidak Populer
فإذاكانالخاملممنترجىبركتهكانالنفعبهأعموالتحصيلمنجهتهأتم،وإذاسبرتأحوالالسلفوالخلفلمتجدالنفعيحصلغالبًاوالفلاحيدركطالبًاإلاإذاكانللشيخمنالتقوىنصيبوافر،وعلىشفقتهونصحهللطلبةدليلظاهر.
Jika guru yang tidak popular termasuk orang yang keberkahannya diharapkan, maka manfaatnya lebih menyeluruh dan menggali ilmu darinya lebih sempurna. Jika kamu meneliti kehidupan generasi salaf dan khalaf, pada umumnya kamu tidak pernah mendapati manfaat yang terwujud dan keberuntungan yang berpihak kepada penimba ilmu, kecuali jika guru memiliki bagian melimpah dari ketakwaan, dan terbukti secara nyata pada sebuah kasih saying serta nasehatnya kepada para murid.
وكذلكإذااعتبرتالمصنفاتوجدتالانتفاعبتصنيفالأتقىالأزهدأوفروالفلاحبالاشتغالبهأكثر.
Demikian juga jika kamu membuka buku-buku, kamu mengetahui bahwa buku yang ditulis oleh orang yang lebih bertakwa dan lebih zuhud itu lebih luas manfaatnya, dan keberuntungan dengan menyibukkan diri dengannya lebih besar.
7. Mencari Guru Yang Jelas Riwayat Belajarnya
وليجتهدعلىأنيكونالشيخممنلهعلىالعلومالشرعيةتمامالإطلاع،ولهمعمنيوثقبهمنمشايخعصرهكثرةبحثوطولاجتماع،لاممنأخذعنبطونالأوراقولميعرفبصحبةالمشايخالحذاق.
Hendaklah berusaha mendapatkan syaikh/guru yang memiliki pengetahuan ilmu-ilmu syar’I secara sempurna, dan beliau senantiasa bersama para masyayikh (guru-guru) dizamannya untuk memperbanyak kajian dan berkumpul dalam waktu yang lama, bukan mencari guru yang mengambil ilmu dari perut buku (otodidak) dan tidak diketahui kebersamaannya dengan para masyayikh yang mumpuni.
8. Bahaya Otodidak
قالالشا فعير ضياللهعنه: منتفقهمنبطونا لكتبضيعا لأحكام. وكا نبعضهميقول: منأ عظما لبلية تشيخا لصحيفة. أيالذينتعلموامنالصحف.
Imam Syafii Radhiyallahu ‘anhu berkata: siapa yang bertafaqquh dari perut buku (otodidak), ia telah menyia-nyiakan hukum. Dan sebagian mengatakan: diantara musibah yang besar adalah berguru kepada lembaran kertas (dengan pemahamannya sendiri tanpa ada guru yang akan mengoreksi jika ada kesalahan)
Demikian untuk adab yang pertama yaitu adab bertemu atau mencari guru. Untuk adab selanjutnya akan disampaikan ditulisan yang akan dating. Semoga bermanfaat.