
Resensi Buku Api Sejarah
KHALIFAH BOARDING SCHOOL SUKABUMI
IDENTITAS BUKU
Judul : Api Sejarah
Pengarang : Ahmad Mansur Suryanegara
Penerbit : Salamadani Pustaka Semesta
Tahun Terbit : Cetakan III, Agustus 2010 M/Ramadhan 1431 H
ISBN : 978-602-8458-24-5
PASAR SEBAGAI GERBANG ISLAMISASI INDONESIA
Oleh : Mahmud Jaenudin, S.Pd.I
Dunia dikejutkan dengan turunya wahyu Allah yang disampaikan malaikat Jibril as kepada seseorang yang berprofesi wirausahawan, Muhammad. Beliaupun berubah statusnya menjadi Rasulullah – Utusan Allah. Sebuah wahyu yang memberikan ajaran bagaimana caranya untuk mencapai Islam berarti selamat dan menjadikan diri sebagai muslim yang berarti menyerahkan kehendak diri kepada kehendak Allah.
Ajaran yang diawali hanya lima ayat (QS 96 : 1-5), berisikan tentang peringatan bahwa Allah yang menciptakan manusia dari darah dan Allah pula yang menjadikan manusia berilmu. Allah juga yang menciptakan manusia dapat membaca dan menulis. Ajaran wahyu ini oleh malaikat Jibril as disampaikan kepada seorang wirausahawan yang ummi. Orang yang tidak dapat membaca dan menulis. Diturunkan bukan di istana yang mewah, melainkan di sebuah bukit batu gersang, Jabal Nur dengan guanya, Gua Hira.
Betapa dahsyatnya pengaruh wahyu ajaran Islam ini. Dalam waktu relatif singkat dalam ukuran jarak waktu sejarah, menjadikan bangsa Arab yang tadinya jahiliyah berubah menjadi jenius. Ajaran wahyu Islam yang tidak diturunkan di istana, tetapi mengapa mampu menumbangkan singgasana penguasa-penguasa yang beristana megah. Kekaisaran Persia dengan ajaran majusinya dan Kerajaan Romawi Bizantium dengan nasraninya, keduanya tidak mampu menghentikan gerak sejarah yang dibangkitkan kaum yang kaya akan rahmat Allah.
Bangsa Arab yang tinggal di Jazirah Arabia, artinya daratan yang dikelilingi oleh lautan. Namun terhimpit oleh Samudera Sahara Pasir Kuning yang tandus, mencoba bangkit dengan wahyu Ilahi menjadi bangsa yang mampu menguasai bahari kelautan. Dengan mengarungi samudera dan melintasi benua, bangsa Arab membangun jalan laut niaga, guna meretas jalan ajaran Islam untuk didakwahkan.
Gerak sejarah Islam berputar sangat menakjubkan. Meluas hingga ke batas cakrawala dunia. Bukan gerakan dari istana ke istana. Melainkan dari pasar ke pasar. Para wirausahawan tidak hanya memasarkan komoditi barang dagangan tetapi juga menjadikan pasar sebagai arena amal ajaran niaga Islami. Dampaknya aturan jahiliyah pun roboh, tidak mampu bertahan. Ditegakkanlah Syariah Islam dengan metode budaya bangsa-bangsa yang dijumpainya. Kehadiran Islam disambut sebagai liberating forces – kekuatan pembebasan dari belenggu ajaran yang menyesatkan.
Pasar diperkirakan oleh sementara pihak hanya sebagai tempat memenuhi kebutuhan materi. Perkiraan semacam itu, ternyata tidak benar. Pasar tidak hanya tempat jual beli barang, tetapi terjadi pula pertukaran bahasa, ekonomi, politik, ideologi, sosial, budaya, ketahanan dan pertahanan. Bahkan konversi agama pun berlangsung karena pengaruh pasar. Para wirausahawan muslim menjadikan pasar sebagai medan niaga dan dakwah. Dari pasar, dibangun masjid. Dari masjid dibina generasi muda melalui lembaga pendidikan, di Indonesia disebut pesantren. Kelanjutannya dari tuntutan komunitas Islam, melahirkan kekuasaan politik Islam atau kesultanan.
Istilah pasar berasal dari Timur Tengah dari kata, bazaar. Sebelumnya di Nusantara Indonesia tidak dikenal istilah tersebut. Karena pengaruh Islam dan kontak niaga dengan Timur Tengah, mulailah masuk istilah tersebut. Akibatnya dikenal pula nama-nama pasar dengan hari-hari Islam : Pasar Senin, pasar Rabu, Pasar Kamis, Pasar Jumat, Pasar Ahad . Melalui pasar berkembanglah pula Bahasa Melayu Pasar sebagai bahasa komunikasi niaga dalam pasar. Demikian Huruf Arab Melayu menjadi dikenal di Nusantara Indonesia. Tampaknya dapat dipastikan, penguasa pasar dunia, pengendali pengaruh kekuasaan politik, dan penguasa media transportasi, serta pendidikan, membentuk budaya dan peradaban bangsa di dunia.
Islam masuk ke Nusantara Indonesia melalui gerbang pasar yang disebarkan para wirausahawan yang merangkap sebagai juru dakwah. Menurut Prof. dr. D.H. Burger dan Prof. Dr. Mr. Prajudi, dalam Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia, Djilid Pertama, menyatakan Islam di Indonesia dikembangkan dengan jalan damai dan tidak disertai dengan invasi militer.
Dengan dana pribadi dan penguasaan transportasi kelautan serta penguasaan pasar, menjadikan Islam secara cepat tersebar ke seluruh kepualauan Nusantara Indonesia. Pengembangannya melibatkan setiap muslim dengan keragaman profesinya, yang merasa terpanggil kesadaran agamanya, menjadi dai dengan metode yang sejalan dengan profesinya. Artinya pedagang dengan bahasa niaganya, nelayan dengan pendekatan nelayannya, bangsawan dengan bahasa struktural keningratannya, dan seterusnya.
Rasulullah Saw mengajarkan, “Sampaikanlah ajaran yang berasal dariku, walaupun baru satu ayat.” Artinya, setiap muslim berkewajiban untuk berperan aktif, ikut serta sebagai penyebar ajaran Islam yang bersumber dari wahyu. Dengan cara demikian, Islam cepat menyebar dan berdampak mayoritas bangsa Indonesia memeluk Islam sebagai agamanya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kesakisan sejarah dari catatan wirausahawan dapat pula dijadikan sumber penulisan sejarah.