skip to Main Content
Cerpen Karya Santri KBS

Cerpen Karya Santri KBS

Oleh  : Muhammad Naufal Nurrohmat

Kelas : IX

KARMA SEORANG SANTRI KARNA MENGINTIP AKHWAT

Pada suatu sore ada seorang santri bernama Aldy dan temannya Mahe mereka sedang berbincang-bincang di taman pondok sambil menikmati suasana sore hari..

“Mahe, lu bosen gak sih di pondok? Tanyaku kepada Mahe

“Ya, iyalah bosen banget” Kata Mahe dengan wajah yang lesu.

“Gimana kalo kita main bola” Gumamku dengan semangat.

“Dari kemarin bola mulu gak bosen apa!” Jawab Mahe Suaranya agak di naikan sedikit.

Tak terasa waktu pun berlalu dengan cepat mereka pun segera pergi untuk persiapan salat maghrib dan setelah salat maghrib mereka langsung makan malam ke dapur di pondok mereka .

“Aldy, Mahe !” Sahut Ustadz Tama dengan suara yang tinggi.

Mereka berdua pun langsung mendekati ustadz Tama.

“Iya ustadz ada apa?” Kata mereka secara bersamaan. Terlihat raut wajah Ustad Tama yang sedang sibuk memikirkan sesuatu.

“Nanti antum bantu ustadz angkat meja dan kursi ke masjid, yah” kata Ustadz Rohim

“Buat apaan ustadz?” Tanya Aldy kepada ustadz Tama

“Buat kajian lah sekarang kan malam kamis, gimana sih? Dengan nada yang tinggi

“Ouh iya tadz ana lupa” kataku  dengan muka yang polos, dan memang aku benar-benar lupa.

“Ya sudahlah, Sekarang kalian berdua segera ambil kursi dan meja nya, yah”

Kata ustadz Tama sambil pergi meninggalkan mereka .

“siapp tadz!!!” Kata kami  sambil berlari.

Mereka berdua pun langsung berlari menuju gudang untuk mengambil meja dan kursi, setelah mereka mengambil meja dan kursi mereka pun langsung pergi ke masjid untuk menyimpan kursi dan meja, dan menuanikan salat isya berjamaah.

Dan kajian pun di mulai.

“Aldy, liat tuh dy ada akhwat cantik bet siapa si namanya ?” Kata Mahe sambil senyum

“Tahu, emang kenapa dah?” Kataku sambil gambar di buku.

“Siapa nama nya ? Jawabku dengan nada penasaran

“Nama nya Fara kalau gak salah. Kenapa dah? Lu suka?” Tanyaku

“Kagak” Jawab Mahe dengan pipi memerah

“Oh” Jawabku dengan muka yang datar

Setelah mereka berbincang bincang cukup lama datanglah ustadz yang mengisi ta’lim itu yaitu ustadz Burhan.

“Assalamualikum wr.wb ,kaifa halukum jamia’n” Sapa ustadz Burhan kepada para santri

“Waalaikumsalam wr.wb. Alhamdulillah inni bikhair” Jawab seluruh santri dengan semangat

“Semangat pagi” Sentak ustadz Burhan kepada para santri

“pagiiiii” Jawab seluruh santri

Pada saat itu talim mutalim di mulai dari jam 20:00-21:15 ,dan setelah talim seluruh santri beristirahat ke kamar nya masing-masing,keesokan harinnya pun aldy dan Mahe bersiap siap untuk berangkat sekolah dan ketika berangkat sekolah mereka pun berpapasan dengan akhwat

“Ada akhwat ,gimana dong” Kataku sambil panik

“Santai aja kali,ini malahan kesempatan buat gw” Jawab Mahe dengan nada percaya diri

“Kesempatan apaan sih?”Jawabku dengan penuh kebingungan

Saat itu pula mereke berdua perpapasan dengan akhwat dan Mahe pun menatap mata salah satu akhwat, yaitu Fara

ekhem, ekhem” Goda Mahe kepada akhwat

“Lu ngapain sih” Tanyaku dengan muka yang bingung

“Kagak” Jawab Mahe dengan santai

“Lu gak usah banyak tingkah He ini pondok” Kataku sambil menepuk punggung nya

“Gw tuh bosen dy di sini, gimana kalo malem ini kita ngintip dah di akhwat ?”Tanya Mahe kepada ku

“Hah? Gw gak salah denger” Jawabku dengan kaget

“Iya” Jawab Mahe dengan santai

“Ini pondok Mahe. Kita gausah banyak tingkah kalo kita ketauan nanti kita bisa di hukum, di iqob” bentak ku ke Mahe

“Yaudah si, kalo lu gak mau nemenin gw berarti kita kan temenan,oke” Gumam Mahe sambil pergi berjalan

“yaudah dah iya gw temenin”Kataku sambil memegang pundak nya

“Oke gitu dong lu kan temen gw”Jawab Mahe sambil tersenyum

Seteleah itu mereka pun sekolah sampai pukul 15:00 setelah itu mereka pun solat ashar dan istirahat untuk persiapan salat maghrib

“Dy jadi kan?”Tanya Mahe kepada ku

“Jadi apaan He?” Jawabku dengan bingung

“Ngintip.” Jawab Mahe dengan santai

“Seriusan He mau ngintip,kalo ketauan gimana?” Jawabku

“Iya seriusan,gak bakalan santai aja.” Jawab Mahe dengan mantap

“Yaudah gw nganter doing ya. “ Jawabku agak gugup

“Oke.” Jawab Mahe

Mereka pun langsung pergi mandi karena sebentar lagi akan adzan maghrib, setelah mereka mandi mereka pun langsung pergi ke masjid karna sebelum solat maghrib ada pembacaan al masurat.

“Dy ayo makan.”Ajak Mahe kepadaku

“Hmm iya iya.” Jawabku dengan gugup

“Yaudah ayo jangan ngelamain, nanti buang-buang waktu.? Ucap Mahe kepadaku sambil menarik tanganku

Mereka berdua pun pergi makan,setelah makan mereka pun langsung pergi ke masjid untuk solat isya dan melakukan aktivitas pondok seperti biasa ,mereka pun pulang dari masjid tepat pada pukul 21:00

“Dy ayo sekarang.”ajak Mahe kepdaku

“Yakin He mau ngintip,dosa tau nanti lu kena karma lagi gimna?”

“Gabakalan gw gak percaya karma-karma an”ucap Mahe dengan muka yang sombong

“Parah lu He nanti kena karma beneran gimana?” Tanyaku

“Banyak ngomong lu ah ayo ah berangkat.”ajak Mahe kepadaku

Mereka berdua pun langsung pergi dari kamar dengan izin mau ke toilet,mereka berdua pun langsung mendekati tembok yang menjadi penghalang antara asrama ikhwan dan akhwat

“Mahe mending gausah dah ayo balik lagi ke kamar .”ajakku ke Mahe

“Gak ah gak mau udah nanggung ini tingggal naik”ucap Mahe sambil naik ke tembok itu

Mahe pun langsung naik ke tembok itu dan menghiraukan laranganku kira-kira tinggi tembok itu 4 meter, ketika si Mahe ingin naik dan sedikit lagi, ketika itu sarung yang ia pakai menyangkut di besi yang ada di tembok, dia pun langsung terjatuh dan kepala nya terbentur keras ke tanah

“Mahe Mahe “panggil ku kepada nya. Tidak sempat aku melihat bagaimana keadaannya aku langsung meminta pertolongan ustadz yang sedang mengaji di masjid.

Di lihat dari situ Mahe sudah tidak sadarkan diri dan ana pun langsung minta tolong kepada ustadz untuk membawa Mahe dilarikan ke rumah sakit.

###

Beberapa hari kemudian, ketika pelajaran berlangsung ada Ustad Burhan yang baru saja menengok Mahe dari rumah sakit masuk ke kelas dan memberitahukan keadaan Mahe.

“Mahe terkena pendarahan di otak sebelah kanannya. Beruntung ada yang cekatan menyelamatkan dan memberitahu keadaan Mahe. Kalau tidak ada mungkin Mahe sudah tiada.” Semua orang di kelas tertegun termasuk diriku yang sudah menyelamatkannya. Ini semua gara-gara dia tidak menghiraukan laranganku. Memang itu sudah aturan dari Islam dan dari Pondok. Ah, betapa sembrono-nya dia.

“Ini pelajaran bagi semua. Sudah cukup Mahe saja yang menjadi korban dari tindakannya yang tidak mengikuti peraturan di pondok ini.” Semuanya masih tertegun.

“Mari kita berdoa untuk kesembuhan dan keselamatan kita semua. Terkhusus untuk keselamatan saudara kita Mahe yang masih terbaring di Rumah Sakit. Alfatihah.” Seraya semuanya mengangkat tangan membaca doa dan Surat Al-Fatihah untuk kesembuhan Mahe.

###

Beberapa bulan setelah kejadian, aku melihat orang sedang berkerumun di depan ruangan Tata Usaha. Aku yakin itu pasti Mahe. Karena aku melihat di bagian belakang mobil tersebut ada tulisan Mahe di belakangnya.

Sontak saja aku tersenyum gembira. Meskipun masih marah karena kejadian itu akupun dipanggil oleh Ustad Burhan dan dimintai keterangan. Tapi tak apalah. Itu sudah lama. Yang penting Mahe sudah sembuh.

Seketika aku menghampiri dan mendekati ruangan tata usaha karena di sebelah ruangan itu ada ruangan perpustakaan yang sering aku berlama-lama di depannya.

Mataku jelalatan mencari keadaan Mahe. Tapi belum tampak. Aku mulai cemas. Apakah Mahe baik-baik saja setelah kejadian kecelakaan itu? Karena sudah lama Mahe menghilang dari pondok.

Setelah rombongan pergi, aku memberanikan diri menghampiri Ustad Tomo. Beliau adalah penjaga di Tata Usaha.

“Assalamualaikum. Tad, yang datang barusan siapa?” Tanyaku kepada Ustad Tomo.

“Walaikumsalam. Itu orang tua temanmu. Mahe”

“Wah, Mahe sudah sembuh kah, Tad”

Wajah Ustad Tomo berubah. Dia menghampiriku dan menepuk pundaku.

“Yang sabar ya, temanmu pindah. Sepertinya Mahe pindah pondok ke pondok yang lebih dekat dengan rumahnya. Dia masih terbaring sakit di rumahnya.” Ustad Tomo menjelaskan.

Aku tercekat dan hampir menangis.

Seketika aku terpikirkan kejadian malam itu. Andai saja aku cekatan dan bisa mencegah Mahe untuk memanjat dinding itu, mungkin dia masih di sini. Ah, penyesalan selalu datang di akhir.

TAMAT

This Post Has One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
HUBUNGI KAMI VIA WHATSAPP